Kamis, 18 Maret 2010

MENGIMANI ADANYA SYAFA'AT



Di antara bagian iman kepada hari akhir adalah meyakini adanya syafa'at. Syafa'at terealisasi dengan dua syarat: Pertama, Izin Allah kepada pemberi syafa'at untuk memberikan syafa'at. Kedua, keridlaan Allah kepada orang yang mendapat syafa'at. Jadi perkara syafa'at semua kembali kepada Allah.

Allah berfirman tentang syarat pertama,

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

"Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya." (QS. Al Baqarah: 255)

Allah berfirman tentang syarat kedua,

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

"Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya." (QS. Al Anbiya': 28)

Allah mengumpulkan keduanya dalam firman-Nya,

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى

"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai (Nya)." (QS. Al Najm: 26)

Allah telah berfirman yang menyatakan bahwa perkara syafa'at semuanya kembali kepada-Nya. Firman-Nya ini sebagai sanggahan terhadap orang-orang musyrik yang menjadikan tempat memohon syafa'at selain Allah. Mereka melakukan itu berdasarkan hawa nafsu mereka, tanpa dalil dan argumen yang dibenarkan syariat.

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Bahkan mereka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah: "Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan"." (QS. Al Zumar: 43-44)

Allah telah berfirman yang menyatakan bahwa perkara syafa'at semuanya kembali kepada-Nya.

Firman-Nya ini sebagai sanggahan terhadap orang-orang musyrik yang menjadikan tempat memohon syafa'at selain Allah.

Macam-macam Syafa'at

Syafa'at ada beberapa macam. Di antaranya, Syafa'at Udzma (syafa'at terbesar) yang khusus untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Yaitu syafa'at beliau kepada Allah 'Azza wa Jalla untuk orang yang berada di padang mahsyar agar segera di tetapkan keputusan (hukuman) mereka. Syafa'at ini merupakan Maqam Mahmud (derajat terpuji) yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an dan dijanjikan untuk beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Macam syafa'at lainnya, syafa'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar pintu surga dibuka. Kemudian Syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk pelaku maksiat dari kalangan muwahhidin (orang yang bertauhid). Syafa'at ini juga dimiliki oleh para malaikat, para nabi, dan orang-orang shalih.

Manusia yang paling berbahagia dengan syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang mengucapkan "La Ilaaha Illallaah" yang murni keluar dari hatinya.

Manusia yang paling berbahagia dengan syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang mengucapkan "La Ilaaha Illallaah" yang murni keluar dari hatinya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

"Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS. Al Isra': 79)

Maksudnya, pada hari itu Sang Khalik Tabaraka wa Ta'ala dan seluruh makhluk-Nya memujimu. Itulah Syafa'at Udzma yang Allah khususkan untuk Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Dari Ibnu Umar radliyallah 'anhuma berkata, "sesungguhnya manusia kelak dikumpulkan dalam kondisi ketakutan. Masing-masing umat mengikuti nabinya. Mereka berkata, "hai fulan, berilah syafa'at," sehingga permohonan syafa'at itu sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Itulah hari di mana Allah mengangkat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada maqam mahmud (kedudukan terpuji)." (HR. Al-Bukhari)

Dalam hadits syafa'at disebutkan, manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi agar memohonkan syafa'at kepada Allah untuk mereka. Dan permohonan (dimintakan) syafa'at itu berakhir kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ". . . lalu mereka datang kepadaku. Maka aku meminta izin kepada Tuhanku, dan Diapun memberi izin kepadaku. Maka ketika aku melihat-Nya, aku langsung sujud. Dia membiarkanku selama yang Allah kehendaki. Kemudian dikatakan, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Bicaralah niscaya ucapanmu didengar. Mintalah pasti kamu diberi. Mintalah syafa'at niscaya engkau diizinkan memberi syafa'at!" Lalu akupun mengangkat kepalaku, lalu memuji Rabbku dengan tahmid (pujian) yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memohon syafa’at, dan Dia memberi batasan kepadaku sehingga aku keluarkan mereka dari neraka dan aku masukkan ke dalam surga."

Kemudian aku kembali kepada Rabb-ku dan bersujud. Maka Dia membiarkanku selama yang Allah kehendaki. Kemudian dikatakan, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Bicaralah niscaya ucapanmu didengar. Mintalah pasti kamu diberi. Mohonlah syafa'at niscaya engkau diizinkan memberi syafa'at!." Lalu akupun mengangkat kepalaku, lalu memuji Rabbku dengan tahmid (pujian) yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memohon syafa’at, dan Dia memberi batasan kepadaku sehingga aku keluarkan mereka dari neraka dan aku masukkan ke dalam surga."

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "aku tidak tahu pada yang ketiga atau keempat.” Beliau melanjutkan, “Kemudian aku berkata, “Wahai Rabbku, tidak ada yang tertinggal di neraka kecuali yang ditahan oleh Al-Qur’an, yaitu yang harus kekal (di dalamnya).” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kemudian aku kembali kepada Rabbku untuk keempat kalinya, aku memuji-Nya dengan pujian-pujian itu, lalu aku bersimpuh sujud. Kemudian dikatakan kepadaku, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Bicaralah niscaya ucapanmu didengar. Mintalah pasti kamu diberi. Mohonlah syafa'at niscaya engkau diizinkan memberi syafa'at!."

Maka aku katakan, "Wahai Rabb, izinkan aku (memberi syafa'at) untuk orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah."

Allah berfirman, "Itu bukan bagianmu." Atau Dia berfirman, "Itu bukan kepadamu. Tetapi, demi kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku dan keperkasaan-Ku, pasti Aku akan mengeluarkan orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah (dari neraka)." (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَا أَوَّلُ شَفِيْعٍ فِي الْجَنَّهِ

"Akulah orang pertama yang memberi syafa’at di surga." (HR. Muslim)

Diriwayatkan juga dari Anas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku mendatangi pintu surga pada hari Kiamat, lalu aku minta dibukakan, maka penjaganya berkata, "Siapa engkau?" Aku jawab, "Muhammad." Penjaga itu berkata, "untukmu aku diperintahkan agar aku tidak membukakan untuk seorang pun sebelum engkau." (HR. Muslim)

Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ. حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Barangsiapa yang ketika mendengar seruan (adzan) mengucapkan ‘Allaahumma rabba haadzihid da’watit taammati wash shalaatil qaaimah aati Muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wab’atshu maqaamam mahmuudanil ladzii wa’adtah’ (Ya Allah yang memiliki seruan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad al-washilah dan keutamaan, dan sampaikanlah ia kepada kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), maka ia berhak mendapatkan syafa'atku pada hari Kiamat." (Muttafaq ‘Alaih)

Dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, ia berkata, "Dikatakan, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari Kiamat?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku sudah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang mendahuluimu bertanya kepadaku dengan pertanyaan ini berdasarkan semangatmu yang telah aku lihat.

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

"Manusia yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat adalah orang yang mengatakan Laa Ilaaha Illallaah dengan tulus murni dari lubuk hatinya atau dirinya." (HR. Al-Bukhari). Maka kaum musyrikin dan munafiqin tidak akan mendapatkan syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka kaum musyrikin dan munafiqin tidak akan mendapatkan syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

(disalin dari : http://www.voa-islam.com/trivia/tsaqofah/2010/03/17/3970/prinsip-islam-%2833mengimani-adanya-syafa%27at-dan-macam-macamnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar