Selasa, 20 April 2010
KUNCI SURGA YANG TERBUANG
Bila semua ibadah kita seperti shalat, puasa, sedekah, dan haji, berjalan bagus. Maka, kelak di akhirat akan diberikan semacam tiket atau kunci untuk masuk surga. Tatkala banyak orang masuk surga, ternyata kita tidak dapat memasukinya, padahal sudah mempunyai tiket untuk memasukinya.
Apakah sebabnya? Padahal, amal kebaikan yang telah kita kumpulkan, bila dihitung jumlahnya sangat banyak. Namun, kenapa bukan surga yang didapatkan, dan sebaliknya malah neraka yang menjadi tempat kita? Itulah kunci surga yang terbuang.
Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali persaudaraan.'' Karena itu, walaupun amal kebaikannya banyak, jika memutuskan hubungan silaturahim dengan sesama Muslim, dia akan ditempatkan di neraka.
Mengapa demikian? Karena manusia punya penyakit hati atau sok. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ali Ridla dikatakan bahwa ketika sedang berkumpul dalam suatu majelis bersama murid-muridnya (hawariyyun), Nabi Isa AS menceritakan kelebihan yang diberikan Allah SWT padanya. Seperti menyembuhkan penyakit kusta dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah.
Namun demikian, kata Isa AS, ada satu jenis penyakit yang ia tak mampu menyembuhkannya. Murid-muridnya bertanya jenis penyakit tersebut. Isa menjawab, penyakit itu adalah penyakit hati (sok).
Nabi Isa AS menjelaskan, penyakit sok memiliki ciri khas, yaitu merasa lebih dari yang lain. Merasa lebih cantik, ganteng, hebat, kaya, kuasa, dan benar. Selain itu, orang yang sok itu juga suka membantah (ngeyel), dan ngotot (tak mau kalah).
Imam Al-Ghazalie mengategorikan orang tersebut sebagai Laa Yadri wa Laa Yadri 'Annahu Laa Yadri (orang bodoh tidak menyadari bahwa dirinya bodoh). Inilah orang bodoh yang merasa pintar. Dia tidak menyadari bahwa sesungguhnya dirinya bodoh, namun ia tidak mau belajar agar menjadi lebih pintar.
Jika manusia sudah mengidap penyakit sok ini, dia tidak akan pernah menyadari kesalahannya. Ia selalu merasa benar, padahal nyata-nyata salah dan ia tidak mau meminta maaf atas kesalahannya.
Jika masing-masing pihak merasa paling benar, maka akan mulai terputuslah tali silaturahim, dan ia tidak berhak mendapatkan surga kendati sudah memiliki kuncinya. Laa yadkhulu al-Jannata Qaththi'un al-Rahim (Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahim).
Allah berfirman, ''Sejelek-jelaknya makhluk (binatang) di sisi Allah adalah mereka yang pekak dan tuli (sok), yang tidak mengerti apa pun.'' (QS Al-Anfal [8]: 22). Wa Allahu a'lam.
Sumber : koran.republika.co.id
(Diposting oleh Pak Mirzon untuk Milis Lentera Hati)
HIDAYAH MELALUI ANAKKU
Sahibul hikayat dalam kisah ini adalah warga Madinah Nabawiyah, ia menuturkan sebagai berikut :
Aku adalah seorang pemuda umur 37 tahun, telah berkeluarga dengan beberapa anak.
Aku telah banyak melakukan yang diharamkan Allah. Jarang sekali shalat berjamaah, kecuali pada momen-momen tertentu saja, sekadar formalitas di mata orang lain.
Hal itu disebabkan karena aku merasa sebagai orang jahat. Setan selalu mengikatku setiap saat.
Anakku berumur 7 tahun, namanya Marwan, ia tuli dan bisu, tetapi ia telah banyak mereguk nilai-nilai keimanannya dari istriku.
Pada suatu malam aku dan Marwan sedang berada di rumah, aku mulai merencanakan apa yang akan aku lakukan malam ini bersama teman-teman, dan di mana lokasinya.
Saat itu selepas shalat Maghrib, dengan bahasa isyarat anakku mengatakan sesuatu, aku sangat paham kalau dia mengingatkan diriku untuk shalat : "Mengapa Bapak tidak shalat?", begitu kira-kira yang ingin dikatakannya. Kemudian ia mengangkat kedua tangannya ke langit, lagi-lagi dengan isyarat ia mengultimatum bahwa Allah akan melihatku.
Terkadang aku kepergok anakku sedang berbuat kemunkaran, aku takjub dengan bahasa isyaratnya, ia menangis di depanku, lalu aku segera merangkulnya, tapi ia lari dariku, ia segera lari ke tempat wudhu, lalu datang kembali menghampiriku seraya memberi isyarat agar jangan pergi dahulu, tiba-tiba ia shalat di depanku kemudian ia bangun dan bergegas mengambil mushaf dan meletakkannya di hadapanku, lalu ia membukanya dengan hanya sekali buka, kemudian jari telunjuknya menunjuk kepada salah satu ayat dalam surat Maryam : Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan. (QS. Maryam: 45)
Setelah itu anakku langsung menangis, dan aku pun spontan ikut menangis, lalu ia bangun dan mengusap air mataku, kemudian ia mencium kepala dan tanganku, dan lagi-lagi dengan bahasa isyarat ia berkata kepadaku : "Wahai ayahku shalatlah sebelum engkau dimasukkan ke dalam liang lahat, dan engkau akan menuai azab."
Demi Allah aku sangat takut dan gemetar, tak ada yang mengetahui keadaanku saat itu kecuali Allah, aku segera bangun, aku seperti orang bingung keluar masuk kamar. Sementara Marwan, anakku, terus menguntit sambil terus menatapku dengan tatapan yang aneh, lalu ia berkata : "Ayo, Ayah ke masjid Besar!", maksudnya masjid Nabawy.
"Tidak ah, ke masjid dekat rumah saja", bujukku kepadanya.
Anakku tetap bersikeras mengajak ke Masjid Nabawy, aku pun segera menggandeng tangannya menuju masjid Nabawy, aku masih takut dan gemetar, sementara anakku seperti tidak berhenti sekejap pun menatapku.
Sesampainya di masjid Nabawy, aku segera menuju Raudah yang saat itu telah penuh sesak dengan manusia menjelang shalat Isya. Pada saat shalat Isya aku mendengar sang Imam membaca salah satu ayat berikut : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nuur: 21)
Aku tak mampu menguasai gelora jiwaku, aku tak kuasa menahan tangisku, aku menangis dan Marwan pun ikut menangis karena mendengar tangisku. Di tengah shalat Marwan mengeluarkan sapu tangan dari saku bajuku lalu mengusap air mataku.
Selepas shalat aku masih tetap menangis, sementara Marwan terus mengusap air mataku, tidak terasa aku telah bersimpuh di masjid Nabawy selama satu jam penuh, sehingga anakku berkata : "Sudahlah Ayah, jangan takut!"
Kami pun bergegas pulang ke rumah, malam itu terasa malam yang paling indah dalam hidupku, aku seperti dilahirkan kembali ke dunia, istriku pun kemudian hadir di dekatku, juga anak-anakku. Kami semua menumpahkan tangis, meski anak-anakku yang lain tidak mengerti apa yang terjadi. Lalu Marwan berkata : "Ayah tadi shalat di Masjid Nabawy." Kulihat istriku gembira karena buah tarbiyahnya terbukti.
Aku ceritakan kepada istriku apa yang telah dilakukan Marwan terhadapku, aku katakan kepadanya : "Demi Allah aku ingin tanya kepadamu, apakah engkau telah mendikte Marwan membuka Mushaf dan menunjuk salah satu ayat dalam surat Maryam yang ditunjukkan kepadaku?"
Tetapi istriku bersumpah demi Allah sampai tiga kali. Kemudian istriku berucap : "Alhamdulillah atas segala hidayah ini."
Malam itu adalah malam yang paling berkesan. Sejak saat itu aku pun tidak pernah tinggal shalat berjamaah di masjid. Dan aku mulai memisahkan diri dari teman-teman burukku dan telah merasakan kelezatan iman. Seandainya Anda melihatku saat itu Anda akan dapat melihat hal itu dari wajahku.
Sejak peristiwa itu hidupku terasa bahagia, penuh cinta dan harmonis antara aku, istri, dan anak-anakku, khususnya anakku Marwan yang tuli dan bisu. Cintaku sangat besar kepadanya. Bagaimana tidak! Dari kedua tangannyalah tersuguhkan kepadaku hidayah Allah SWT.
Akhukum Abu Marwan
Madinah Al-Munawwarah
Disadur dari kitab Al-Aiduna ilallah
(Diposting oleh Pak Mirzon untuk Milis Lentera Hati)
Minggu, 18 April 2010
RAHASIA JAYA DI USIA SENJA
Orang yang lanjut usia sering kali dianggap beban bagi keluarga daripada tumpuan. Kita juga sering mendengar dan menyaksikan, baik dari media cetak maupun elektronik --bahkan dalam kehidupan sehari-hari-- ulah dan kenakalan para lansia. Semakin tua, semakin buruk perangainya. Padahal, bagi mereka itu telah banyak kenikmatan yang dikurangi oleh Allah SWT.
Syahdan, suatu ketika Ma'an bin Zaidah mendatangi Al-Makmun. Al-Makmun bertanya, "Bagaimana keadaanmu di usia tua renta ini?" Ia menjawab, "Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta, dan cukup diikat hanya dengan sehelai rambut."
Al-Makmun bertanya lagi, "Bagaimana tanggapanmu terhadap makanan, minuman, dan tidurmu?" Ia menjawab, "Bila lapar, aku marah; dan bila makan, aku merasa jengkel; bila berada di antara orang-orang, aku mengantuk; dan bila di atas kasur, aku terjaga."
"Bagaimana pendapatmu tentang para wanita?" Ia menjawab, "Kalau wanita yang buruk rupa, aku tidak menginginkan mereka; sedangkan para wanita yang cantik, mereka tidak menginginkanku." Al-Makmun berkata, "Kalau begitu, tidak pantas orang sepertimu dianggap muda."
Sungguh amat keterlaluan bagi orang-orang yang sudah lanjut usia, tapi masih juga melakukan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT tidak akan menerima dalih seseorang sesudah Dia memanjangkan usianya hingga 60 tahun." (HR Bukhari).
Oleh karena itu, Allah memberi pujian kepada mereka yang berusia senja, tapi masih tetap menjaga keimanannya. Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah menyampaikan firman Allah SWT, "Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan kebutuhan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah beruban karena tua dalam keadaan Muslim."
Tua dalam keadaan Muslim yang dimaksud dalam hadis Qudsi di atas adalah orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik orang di antara kalian ialah yang panjang umurnya dan baik pula amalannya." (HR Tirmidzi).
Dengan demikian, kebahagiaan di akhirat harus dicapai dengan bekal pahala yang banyak dari amal saleh yang sebanyak-banyaknya. Rasulullah telah memberikan resep tentang amal yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah meninggal dunia.
Rasul SAW bersabda, "Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya." (HR Muslim). Inilah rahasia keberkahan usia yang terus bertambah, dan tetap mengalir pahala kebaikannya. Ibarat sebuah aset, kita tinggal menikmati keuntungan dan kejayaan kita.
(sumber : Republika Online)
NODA YANG MENGHANCURKAN IBADAH
Banyak orang beranggapan bahwa kualitas ibadah hanya ditentukan oleh syarat, rukun, dan kekhusyukan dalam pelaksanaannya. Misalnya, shalat yang berkualitas adalah yang didahului oleh wudlu yang benar, suci pakaian dan tempatnya, serta khusyuk dalam melakukan setiap rukunnya. Demikian pula dengan ibadah-ibadah yang lain.
Saad bin Abi Waqqash RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang rahasia agar ibadah dan doa-doanya cepat dikabulkan. Rasul SAW tidak mengajari Sa'ad tentang syarat, rukun, ataupun kekhusyukan. Rasul mengatakan, "Perbaikilah apa yang kamu makan, hai Sa'ad." (HR Thabrani).
Ada sindiran yang hendak disampaikan Rasulullah SAW lewat hadis di atas. Yaitu, bahwa kebanyakan manusia cenderung memperhatikan 'kulit luar', tapi lupa akan hal-hal yang lebih urgen dan fundamental.
Setiap Muslim pasti mengetahui bahwa shalat atau haji mesti dilakukan dengan pakaian yang suci. Pakaian yang kotor akan menyebabkan ibadah tersebut tidak sah alias ditolak. Namun, betapa banyak di antara kaum Muslim yang lupa dan lalai bahwa makanan yang diperoleh dari cara-cara yang kotor juga akan berujung pada ditolaknya ibadah dan munajat kita.
Rasul SAW telah mengingatkan, "Demi Zat Yang menguasai diriku, jika seseorang mengonsumsi harta yang haram, maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama 40 hari." (HR Thabrani).
Dalam hadis lain yang dinukil Ibnu Rajab al-Hanbali, Rasul SAW bersabda, "Barangsiapa yang di dalam tubuhnya terdapat bagian yang tumbuh dari harta yang tidak halal, maka nerakalah tempat yang layak baginya."
Di sinilah terlihat dengan jelas, korelasi antara kualitas ibadah dan sumber penghasilan. Bahkan, karena ingin memastikan bahwa semua yang dikonsumsi berasal dari sumber yang halal, para Nabi dan Rasul menekuni suatu pekerjaan secara langsung untuk menghidupi diri dan keluarga mereka.
Nabi Dawud adalah seorang pandai besi dan penjahit, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Rasulullah SAW adalah seorang pedagang, dan seterusnya. Demikian pula dengan para sahabat yang mulia; mayoritas kaum Muhajirin berprofesi sebagai pedagang, sementara kaum Anshar mengandalkan hidupnya dari pertanian.
Lebih dari itu, ketika seseorang bergelimang harta haram, dan ia menafkahi keluarganya dengan harta tersebut, sebenarnya ia tidak hanya menodai ibadahnya sendiri. Tapi, juga menodai ibadah dan masa depan anak-istrinya.
Seperti komentar Syekh 'Athiyah dalam Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, "Orang tua seperti itu secara sengaja membuat ibadah dan doa anak-anaknya tertolak. Sebab, ia menjadikan tubuh mereka tumbuh dari harta yang haram." Wa Allahu a'lam
(sumber : Republika Online)
Jumat, 02 April 2010
AGAR ISTRI BERSAHABAT DENGAN MERTUA
ADA kesan buruk dalam relasi seorang wanita atau istri dengan mertuanya (orangtua suaminya). Banyak wanita meletakkan hubungannya dengan mertuanya dalam relasi yang antagonis. Sering kita menemukan para istri yang menaruh curiga dan prasangka buruk kepada ayah atau ibu mertuanya dalam banyak hal.
Tak heran jika banyak wanita, sebelum memasuki kehidupan rumah tangga, menyusun di dalam benaknya berbagai cara yang mesti ditempuhnya dalam menghadapi ayah dan ibu mertuanya nanti, supaya dia dapat menghindari kelicikan-kelicikan keduanya. Dia akan senantiasa mengawasi setiap kata yang diucapkan ayah atau ibu mertuanya dan mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukannya serta menyusun cerita-cerita dan isu-isu mengenainya.
Sehingga kemudian terjalinlah benang-benang kebencian di antara keduanya, lantas terjadilah pembangkangan dan kedurhakaan terhadap orangtua. Tak ayal, hilanglah keberkahan dan kebaikan dalam berumahtangga. Yang menjadi penyebab kurang harmonisnya hubungan mertua-menantu, menurut Anna Surti Ariani, seorang psikolog keluarga –sebagaimana dikutip dari situs Radio Nederland Wereldomroep— pada saat kita mencintai seseorang, itu tidak satu paket dengan mencintai orang tua dia. Masih menurut Anna Surti, friksi paling sering adalah antara menantu perempuan dan mertua perempuan. Dan friksi itu bertambah kalau sudah menyangkut pendidikan anak atau cucu.
Tentunya, hal-hal yang tidak diinginkan seperti di atas haruslah dilenyapkan demi kehidupan rumah tangga yang bahagia. Di dalam bukunya, Kaifa Takuni Imra`ah Jamilah wa Mahbubah, Ru’a Yusuf menuliskan beberapa tips bagi seorang istri agar bisa menjalin hubungan harmonis dan komunkasi baik dengan mertuanya, yaitu:
1. Dia harus mengusir citra buruk tentang ibu mertuanya dari benaknya dan memosisikan ibu suaminya itu tak ubahnya ibunya sendiri. Jika suatu hari ibu mertuanya berbuat kesalahan kepadanya, maka dia harus memperlakukannya sama seperti dia memperlakukan ibunya sendiri, ketika ibunya bersalah kepadanya.
2. Dia tidak boleh menceritakan kepada suami segala sesuatu yang terjadi antara dia dengan ibu suaminya sambil menangis atau bercucuran air mata untuk menarik simpati suaminya. Karena dikhawatirkan setan akan mengintervensi sang suami dengan membisikkannya bahwa ibunya bertindak zalim dan sewenang-wenang, dan memicu kedurhakaan.
3. Seorang istri yang baik tidak akan melarang suaminya untuk memberikan sesuatu kepada ibunya (ibu mertuanya). Bahkan dia akan mendorong suaminya untuk banyak memberi kepadanya ibunya dan dia pun akan berusaha memberi mertuanya berbagai pemberian dan hadiah berharga lainnya.
4. Jika dia mengunjungi ibu mertuanya, ada baiknya dia menampakkan perhatian dengan membawa masakan atau makanan. Dia merasa enggan menjadi tamu yang merepotkan atau menyusahkan.
5. Istri yang cerdas adalah istri yang mampu menawan hati ibu mertuanya dengan kebaikan sikapnya dan kemuliaan akhlaknya. Jika di rumah ibu mertuanya ada tamu atau orang-orang diundangnya untuk datang ke rumahnya, maka dia akan membantu ibu mertuanya, dan tidak hanya duduk seperti layaknya tamu kehormatan.
6. Istri yang terhormat selalu mengajari anak-anaknya agar menghormati serta mematuhi nenek dan kakek mereka. Dia akan menanamkan kecintaan dan kasih sayang kepada keduanya di hari mereka, serta membiasakan mereka untuk mengunjungi keduanya.
7. Demikian juga, dia senantiasa mengajari anak-anaknya tata krama pada saat berkunjung ke nenek dan kakek mereka. Dia tidak akan membiarkan anak-anaknya membuat mertuanya merasa tidak nyaman. Dengan demikian, sang mertua pun selalu berharap agar mereka dikunjungi cucu-cucu mereka setiap hari.
8. Apabila ternyata dia dan mertuanya sama-sama memiliki permintaan kepada suaminya, kira-kira apa yang akan dilakukan istri? Tentunya dia tidak akan mengubah rumahnya menjadi neraka sampai suaminya mau memenuhi permintaannya terlebih dulu sebelum memenuhi permintaan mertuanya. Dia pasti akan menginstruksikan suaminya untuk mendahulukan permintaan ayah dan ibunya. Pastinya dia tidak akan menyulut api kemarahan dan kebencian serta mengerek bendera boikot antara dirinya dengan suami hanya karena permintaannya terakhir dipenuhi. Karena jika mertuanya melihat sikap mengalah, itsar (mendahulukan orang lain), dan penghormatan menantunya, maka keduanya tentu akan mengalah dalam banyak hal nantinya.
Dengan demikian, solidaritas seorang menantu itu harus lebih besar. Karena bagaimana pun faktanya, si menantu hidup dalam masa yang berbeda dengan mertuanya, sehingga menyebabkan terjadinya salah persepsi atas perbedaan-perbedaan yang dianggap tidak sopan atau diasumsikan secara negatif. Berinteraksilah dengan mertua sebagaimana berinteraksi dengan orangtua sendiri. Perlakukanlah mertua seperti memperlakukan orangtua sendiri.
Semua yang dilakukan oleh orangtua suami terkadang hanyalah cemburu belaka, karena anak yang sedianya senantiasa selalu memperhatikannya, kini terbagi perhatiannya, bahkan kadang perhatian itu menjadi lebih sedikit terhadap kedua orangtuanya, malah lebih banyak kepada kita, sebagai istrinya. Maka ingatkanlah suami untuk selalu memperhatikan orangtuanya yang sudah membesarkannya. [ganna pryadha/voa-islam.com]
(sumber : http://www.voa-islam.com/muslimah/artikel/2010/04/01/4664/agar-istri-bersahabat-dengan-mertua)
UMMU DZAR AL-GHIFARIYAH
Ummu Dzar Al-Ghifariyah: Teladan Istri Setia Pendamping Suami
Shahabiyah yang akan kita telusuri kisahnya kali ini adalah Ummu Dzar, istri shahabat Abu Dzar Al-Ghifari. Kesetiaannya mendampingi suami, layak diteladani. Betapa tidak, karena beliau ikhlas merawat dan menemani sang suami hingga ajal menjemput . Dalam kesendirian di padang pasir liar nan luas membentang.
Rabadzah, tempat tinggal Abu Dzar Al-Ghifari
Karena adanya perbedaan pendapat, dengan Utsman bin Affan, maka Abu Dzar Al-Ghifari dan keluarganya memilih Rabadzah, padang pasir liar sebagai tempat tinggal mereka. Sebuah keputusan yang sangat berani. Karena daerah tersebut sangat jarang dilalui kafilah. Dan mereka pun hidup tanpa ada tetangga di kanan dan kirinya.
Sang istri yang shalihah, tanpa keluh kesah , dengan setia, mendampingi Abu Dzar Al-Ghifari dan anaknya. Hidup dalam kesederhanaan yang amat sangat. Ditambah lagi, di kemudian hari Abu Dzar Al-Ghifari menderita sakit yang cukup parah.
Menjelang ajal menjemput
Ajal pun semakin dekat, Ummu Dzar selalu berada di sisi sang suami untuk mengurus segala keperluannya. Melihat kondisi, yang semakin parah … Ummu Dzar akhirnya menangis di samping sang suami.
Abu Dzar bertanya, “ Apa yang kamu tangiskan, padahal maut itu pasti datang ?”
“ Karena engkau akan meninggal, padahal pada kita tidak ada kain untuk kafanmu!” jawab Ummu Dzar pilu.
Abu Dzar tersenyum dengan amat ramah, seperti layaknya orang yang akan merantau jauh. Lalu berkata kepada istrinya itu,” Janganlah menangis! Pada suatu hari, ketika saya berada di sisi Rasulullah saw bersama beberapa sahabatnya saw, saya dengar Beliau saw bersabda,” Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan meninggal di padang pasir liar, yang akan disaksikan nanti oleh serombongan orang-orang beriman!”
Semua yang ada di majelis Rasulullah saw telah meninggal di kampung dan di hadapan jama’ah kaum muslimin. Tidak ada lagi yang hidup di antara mereka kecuali aku.
Nah, inilah aku sekarang menghadapi maut di padang pasir. Maka perhatikanlah jalanan, kalau-kalau rombongan orang-orang beriman itu sudah datang !
Demi Allah, saya tidak bohong, dan tidak pula dibohongi!”
Tak berapa lama, Abu Dzar pun kembali ke hadirat Allah SWT. Innalillahi wa inna illaihi rooji’un.
Kenyataan yang ada
Subhanallah! Apa yang diucapkan Abu Dzar sungguh menjadi kenyataan. Karena tentu saja dia tidak berbohong, dan pasti tidak dibohongi. Karena Rasulullah SAW adalah ma’shum.
Tidak lama berselang, sesudah Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya, tampak serombongan kafilah yang sedang berjalan cepat di padang sahara itu. Subhanallah! Kafilah itu adalah Kafilah kaum mukminin yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Ibnu Mas’ud, merasa sangat trenyuh, karena ia melihat sesosok tubuh yang terbujur seperti jenazah, sedang di sisinya duduk seorang perempuan tua, Ummu Dzar dan anaknya yang sedang menangis.
Subhanallah! Betapa kesetiaan, ketegaran dan ketabahan Ummu Dzar, sangat layak dicontoh. Setia dan istiqamah mendampingi sang mujahid pilihan, hingga akhir hayatnya. Walaupun harus bertempat tinggal di padang pasir liar, padahal usianya sudah sangat tua. Dan tanpa harta yang berharga, hingga, kain untuk mengkafani suaminya pun tidak dimilikinya.
Ibnu Mas’ud, membelokkan tali kekangnya ke arah perempuan tua tersebut. Diikuti anggota rombongan dibelakangnya. Saat pandangan matanya tertuju pada tubuh sang jenazah … tampak olehnya wajah sahabatnya … sahabat seaqidah, sahabat seperjuangan dalam membela tegaknya Islam. Dialah Abu Dzar . Maka, air mata pun mengucur deras dari kedua pelupuk matanya. Innalillahi wa inna illaihi rooji’un. Ia pun berkata, “Benarlah ucapan Rasulullah SAW. Anda berjalan sebatang kara. Mati sebatang kara. Dan dibangkitkan sebatang kara !”
Ibnu Mas’ud RA pun duduk, lalu bercerita kepada para sahabatnya maksud dari pujian yang diucapkannya.
‘ Anda berjalan seorang diri, mati seorang diri, dan dibangkitkan nanti seorang diri !”
Ucapan itu terjadi di waktu Perang Tabuk, tahun kesembilan Hijriah.
Perang Tabuk
Perang Tabuk, adalah perang melawan pasukan Romawi yang cukup menakutkan. Mereka berada di satu tempat dan siap menggempur umat Islam. Saat itu, musim panas teramat teriknya. Sehingga tidak banyak kaum muslimin yang menyambut seruan Rasulullah SAW.
Mereka yang ikut pun, akhirnya berguguran di tengah jalan, satu demi satu . Sebagian disebabkan azam yang tidak mantap. Abu Dzar sempat tertinggal oleh rombongan, karena keledai yang ditungganginya, berjalan sangat gontai. Disebabkan lapar yang sangat dan teriknya matahari yang membakar. Namun Abu Dzar tidak patah semangat.
Akhirnya, karena tidak ingin tertinggal dalam kesempatan jihad, saat itu, Abu Dzar bertekad melanjutkan perjalanannya, mengejar rombongan Rasulullah saw dengan berjalan kaki, sambil memikul beban bawaannya.
Subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar, ia berhasil . Alhamdulillah, bi-iznilah Abu Dzar dapat bertemu kembali dengan rombongan Rasulullah saw saat mereka beristirahat. Azam yang kuat, memberikan hasil akhir yang diharap.
Sungguh, menggapai surga adalah hal yang tidak mudah dan hanya diberikan kepada hamba-hambanya yang terpilih …
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat” (Qs. Al-Baqarah 214).
Sebagai muslimah, banyak hal dapat kita lakukan dan persiapkan untuk berkhidmat di jalan-Nya. [ummu azizah/voa-islam.com]
Maroji: 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah SAW oleh Hepi Andi Bastoni.
(sumber : http://www.voa-islam.com/muslimah/mujahidah/2010/03/05/3652/ummu-dzar-al-ghifariyahteladan-istri-setia-pendamping-suami)
SUMAYYAH BINTI KHUBBATH
Sumayyah binti Khubbath: Wanita Beriman Pertama yang Gugur Syahid
Kisah perjuangan Sumayyah sungguh indah dan menawan untuk didengar. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan cobaan; mulai dari ujian terkecil hingga yang besar. Sumayyah merampungkan ujian dalam kehidupannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan. Dia terdaftar dalam urutan para syuhada yang akan menerima hadiah surga dari Allah dan hidup di sisi-Nya serta diberi rezeki melimpah.
Diceritakan bahwa ketika Islam mulai muncul ke permukaan, Sumayyah yang juga istri seorang syahid bernama Yasir dan ibu seorang syahid bernama Ammar itu segera menyambutnya, sehingga dia termasuk salah satu wanita beriman pada fase pertama kemunculan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang memberikan perlawanan kepada kaum musyrikin demi membela panji Islam. Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang mula-mula membela Islam ada tujuh orang; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, Ammar, dan Sumayyah.”
Di dalam bukunya, Nisaa` min ‘Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan.
Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Lecutan cemeti telah menghancurkan tubuh-tubuh mereka. Akan tetapi, keimanan yang kokoh kepada Allah laksana gunung karang yang tidak terpengaruh gelombang dahsyat ataupun angin yang hebat.
Dikisahkan bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada Sumayyah.
Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga. Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah.
Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi mereka, Ibnu Katsir menceritakan, dia menukil dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya (Sumayyah) berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.”
Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulukllah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” (HR. Al-Hakim)
Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke arah kemaluannya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama.
Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh bercokol di dalam hati mereka.
Semoga Allah meridhai Sumayyah, anaknya, dan suaminya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagai yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” [ganna pryadha/voa-islam.com]
(sumber : http://www.voa-islam.com/muslimah/mujahidah/2010/03/24/4265/sumayyah-binti-khubbathwanita-beriman-pertama-yang-gugur-syahid)
FATIMAH BINTI KHATTAB
Fatimah adalah putri Khatthab bin Nufa’il al-Makhzumi al-Quraisy, seorang mulia berderajat tinggi dan utama di kalangan orang Arab. Ibundanya adalah Hamtamah binti Hasyim bin Mughirah.
Fatimah binti Khatthab memiliki peran penting di masa awal dakwah Rasulullah SAW. Dia termasuk salah seorang shahabiyah yang pertama berbaiat di hadapan Rasulullah SAW. Demikian juga suaminya, Said bin Zaid. Beliau memberi contoh mulia bagi setiap muslimah dalam hal menyembunyikan dan menjaga rahasia. Sebagai bentuk perlindungan, terhadap Islam dan terhadap Rasulullah SAW. Dia juga mempraktikkan keteladanan dalam keberanian.
Nikmat besar yang sangat disyukurinya adalah atas izin Allah, ia berhasil menghantar sang kakak, Umar bin Khatthab memeluk Islam. Sebagaimana permohonan Nabi Muhammad saw kepada Allah, agar menguatkan Islam dengan salah satu dari dua Umar.
Umar bin Khatthab memeluk Islam
Umar bin Khatthab RA, mengisahkan tentang dirinya masuk Islam. Beliau RA berkata, "Aku keluar rumah tiga hari sesudah masuk Islamnya Hamzah RA. Aku bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah al-Makhzumi". Aku katakan kepadanya,” Apakah kamu benci agama bapak moyang kamu dan lebih cenderung kepada agama Muhammad?”
Dia menjawab, “Orang yang lebih besar haknya atas dirimu saja sudah melakukan hal ini.”
“Siapa dia?”.
“Adikmu, Fatimah dan iparmu, yakni suaminya, Said bin Zaid.
Aku bergegas menuju rumah adikku. Kudapati pintunya terkunci, tetapi aku mendengar dengungan suara dari dalam rumah. Ketika pintu terbuka, akupun masuk. Akupun bertanya,” Suara apa yang kudengar tadi ?”.
Fatimah membantah,” Aku tidak mendengar apa-apa.” Kami terus berbantah-bantahan, hingga akhirnya kupegang kepalanya. Fatimah berkata,” Semua ini akan mencelakakanmu, aku malu ketika aku melihat darah.”
Aku berkata,” Perlihatkan kepadaku kitab yang kudengar kalian membacanya tadi.”
Fathimah menjawab, “Kami mengkhawatirkan kamu atasnya.”
Kukatakan, “Kamu jangan khawatir. Aku bersumpah demi tuhan-tuhan itu, aku pasti mengembalikannya apabila aku sudah membacakannya kepada mereka.”
Adikku berkata, “Tidak menyentuhnya kecuali makhluk-makhluk yang disucikan.” Lantas Aku mandi dan kubaca:
1. Thaahaa.
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
3. tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
4. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
5. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arasy.
6. kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.
7. dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, Maka Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
8. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang baik),
Aku berkata, “Betapa bagusnya ucapan ini dan betapa mulianya.”
Ketika Khabbab bin al-Arrat mendengar pembicaraan ini, maka ia pun keluar dari persembunyiannya di belakang rumah Fatimah. Dia bersembunyi ketakutan ketika mendengar suara Umar mengetuk pintu.
Khabbab berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya aku berharap agar Allah mengkhususkan engkau dengan doa nabi-Nya. Sesungguhnya aku mendengar pada suatu sore Beliau SAW berdo’a,” Ya Alloh, kuatkanlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khatthab” (dalam riwayat lain disebutkan: “Kuatkanlah Islam dengan salah satu dari dua Umar”).
Aku berkata kepada Khabbab,” Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad berada. Aku akan datang menemuinya untuk masuk Islam”. Khabbab mengajakku kerumah Arqam bin Abil Arqam (di dekat bukit Shafa) sampai aku mengikrarkan Islam di hadapan Rasulullah SAW. Pada saat itu, Rasulullah saw langsung bertakbir, demikian juga para sahabat di sana, dan juga mengumandangkan tahlil. Mereka menampakkan kegembiraan mereka (Ma’rifah ash-Shahabah, Abu Nu’aim al Ashbahani, 7145, hasan).
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar !!!
Demikianlah, kisah Umar bin Khatthab memeluk Islam. Yang tidak dapat dilepaskan dari peran besar sang adik, Fatimah. Yang sudah lebih dulu memeluk Islam. Dan menunjukkan ketegarannya, walaupun darah sempat mengucur di wajahnya … Saat berseteru dengan sang Al Faruq, Umar bin Khatthab. Tidak ada kemarahan, apalagi sakit hati padanya. Bahkan, ia tetap penuh semangat, mendorong sang kakak untuk memeluk Islam.
Semoga kita semua, para muslimah dapat mengambil ibrah dari kisah di atas. [ummu azizah/voa-islam.com]
Maroji’: Ali bin Nayif asy-Syuhud, Kisah Shahabiyah: Mawar-mawar Padang Pasir (judul asli: Masyahir an-Nisa’ al Muslimat).
(sumber : http://www.voa-islam.com/muslimah/mujahidah/2010/04/01/4665/fatimah-binti-khatthabmenghantar-umar-al-faruq-memeluk-islam)
SEJARAH APRIL MOP
Di Barat, tiap tanggal 1 April diperingati hari “April Mop.” Sedangkan di Indonesia, di berbagai kota besar, tak jarang kaula muda Muslim latah mengikuti tradisi April Mop. Pada hari itu, mereka diperbolehkan dan sah-sah saja menipu teman, mengisengi kawan, ngerjain guru, ngusilin orang tua, membohongi saudara, atau yang sejenisnya, di mana sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya, jika sang target April Mop sudah sadar bahwa dirinya dijadikan target April Mop, mereka juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tapi tidak akan marah sungguhan.
Seolah-olah 1 April adalah hari di mana keisengan dan kebohongan harus berjalan sempurna dan akurat, zero tolerance bagi kesalahan. Jika berhasil ngisengin sang target, maka yang didapat adalah rasa puas dan sensasi plong.
Kaula muda Muslim itu latah dalam April Mop karena ikut-ikutan tradisi bule tanpa mengkritisi apa hakikat April Mop yang di Barat lebih dikenal dengan “The Aprils Fool Day” itu. Mereka begitu mudah meniru budaya bule karena suburnya rasa rendah diri terhadap orang-orang bule. Minder terhadap orang bule ini adalah sisa peninggalan penjajahan Belanda di Indonesia selama berabad-abad lamanya, inlanderr, terhadap superioritas bangsa kulit putih.
Supaya tidak latah dan tasyabbuh membebek budaya kafir, mari kita telah sejarah April Mop berikut.
SEJARAH APRIL MOP
Perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April’s Fool Day berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tanggal 1 April 1487. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya menengok sejarah Spanyol dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-9 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Prancis. Prancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassonne, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Got dan Navarro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.
Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an, tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.
Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Al-Qur'an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, jompo, semuanya dihabisi secar sadis.
Satu persatu daerah Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol –yang juga disebut orang Moor– terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.
Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.
“Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol. Setelah ini kami tidak akan memberikan jaminan lagi,” demikian bujuk tentara Salib.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.
Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang keperluannya beriringan jalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tntara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang bertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dijanjikan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anak yang masih kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan komando dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.
Ribuan Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan sadis. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi yang bertepatan dengan 1 April inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai “April Mop” (The Aprils Fool Day).
Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat Kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib melalui cara yang licik, tipuan dan dusta yang sadis. Sebab itu, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan, walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.
Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. 1 April tahun itu adalah hari di mana saudara-saudaranya seiman ditipu, disembelih, dibakar dan dibantai oleh tentara Salibis di Granada, Spanyol. Sebab itu, terkutuklah orang Islam yang ikut-ikutan merayakan April Mop. Pantaskah orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa ria atas tragedi tersebut?
Bagi kita yang paham akan sejarah April Mop, sampai hatikah kita latah merayakan April Mop yang latar belakangnya adalah peringatan atas penipuan dan pembantaian pasukan Salibis terhadap ribuan Muslim Spanyol? [taz/voa-islaml.com]
Maraji': Rizki Ridyasmara, Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween, So Whatt?, Pustaka Al-Katutsar, Jakarta 2007.
(sumber : http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/04/01/4646/april-mophari-pembantaian-salibis-terhadap-ribuan-muslim-spanyol)
Langganan:
Postingan (Atom)